Intervensi Psikoreligius Bagi Kesehatan Mental

Intervensi Psikoreligius Bagi Kesehatan Mental.

Sehat mental bagi semua, tentu bukan sebuah slogan. Kita junjung tinggi bahwa setiap orang apapun suku, bangsa, agama, jenis kelamin, pekerjaan, usia dan kewarganegaraan berhak memperoleh kesehatan mental yang prima.

Dalam memperingati hari kesehatan mental sedunia, 10 Oktober, mari kita melihat salah satu intervensi yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan mental, yakni psikoreligius.

Intervensi psikoreligius adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan mental melalui pendekatan keagamaan. Manfaat yang dapat diperoleh diantaranya :

  1. Meningkatkan harapan: Intervensi psikoreligius dapat memberikan harapan bagi seseorang yang sedang sakit. Dengan berdoa dan beribadah, seseorang percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkannya.
  2. Meningkatkan rasa percaya diri: Intervensi psikoreligius dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Dengan mengingat Tuhan dan kekuasaan-Nya, seseorang akan merasa bahwa dirinya dilindungi dan dibimbing oleh Tuhan.
  3. Meningkatkan keimanan: Intervensi psikoreligius dapat memperkuat keimanan seseorang. Dengan berdoa dan beribadah, seseorang akan semakin dekat dengan Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang dapat menyembuhkannya.
  4. Meningkatkan kesejahteraan psikologis: Intervensi psikoreligius dapat membantu seseorang untuk lebih bahagia, lebih puas dengan hidupnya, dan lebih mampu menghadapi stres.

 

Pendekatan agama yang dimaksud dalam intervensi psikoreligius sebagai berikut :

  1. Pendekatan agama adalah cara untuk memahami makna hidup adalah dengan menjadikan ajaran agama sebagai pedoman hidup, yang mengajarkan bahwa hidup di dunia adalah ujian untuk meraih kebahagiaan di akhirat.Pendekatan agama diperlukan untuk menghadapi tantangan kehidupan adalah dengan memohon pertolongan Tuhan melalui doa dan usaha, serta berusaha sekuat tenaga untuk mengatasinya sesuai ajaran agama.
  2. Pendekatan agama juga diperlukan dalam membangun kehidupan yang harmonis dengan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghargai orang lain, membantu orang lain, dan menjaga kerukunan. Dengan demikian pendekatan agama adalah cara pandang dan sikap hidup yang menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupan, dengan tujuan untuk meraih kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat.

Intervensi psikoreligius biasanya dilakukan oleh tenaga profesional kesehatan mental, seperti psikolog, psikiater, atau konselor, juga bisa dilakukan oleh tokoh agama.

Intervensi psikoreligius dapat menjadi metode tambahan yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit mental. Intervensi ini juga dapat menjadi alternatif bagi seseorang yang tidak cocok dengan metode medis atau psikoterapi psikologis.

Intervensi yang menggunakan pendekatan agama ini bisa dibagi 2, yakni terapi psikoreligius dan konseling psikoreligius.

Terapi psikoreligius adalah sebuah terapi psikis atau terapi jiwa dengan menggunakan pendekatan rohani atau keagamaan. Filosofi yang mendasari terapi psikoreligius ini adalah perpaduan antara dunia ilmiah (medis dan psikologis) dan pendekatan agama atau spiritual. Terapi psikoreligius (doa dan dzikir) sangat memegang peranan penting sebagai faktor psikologi yang bersifat positif.

Terapi psikoreligius atau keagamaan sebagai upaya penyembuhan pasien dengan menggunakan pendekatan keagamaan melibatkan kegiatan ritual keagamaan seperti sholat,  memanjatkan doa dan puji-pujian kepada Tuhan, membaca kitab suci, melakukan kegiatan di tempat ibadah dan mendengarkan ceramah keagamaan.

Terapi psikoreligius dapat membantu mempercepat proses penyembuhan, dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh, selain terapi medik-psikiatrik yang diberikan. Hal ini disebabkan efek yang ditimbulkan  berupa psiko-neuro-endokrin dapat meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga seseorang tidak mudah jatuh sakit atau mempercepat proses penyembuhan.

Terapi psikoreligius diantaranya doa dan dzikir juga memegang peranan penting sebagai faktor psikologi yang bersifat positif. Doa adalah permohonan kepada Tuhan untuk kesembuhan, sedangkan dzikir adalah mengingat Tuhan dan kekuasaan-Nya. Dari sudut ilmu kesehatan jiwa, doa dan dzikir merupakan terapi psikiatrik yang efektif, bahkan lebih efektif daripada psikoterapi psikologi biasa. Selain itu doa dan dzikir dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan mental seseorang, antara lain:

  1. Meningkatkan harapan: Doa dapat memberikan harapan bagi seseorang yang sedang sakit. Dengan berdoa, seseorang percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkannya.
  2. Meningkatkan rasa percaya diri: Dzikir dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang. Dengan mengingat Tuhan dan kekuasaan-Nya, seseorang akan merasa bahwa dirinya dilindungi dan dibimbing oleh Tuhan.
  3. Meningkatkan keimanan: Doa dan dzikir dapat memperkuat keimanan seseorang. Dengan berdoa dan berdzikir, seseorang akan semakin dekat dengan Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan adalah satu-satunya yang dapat menyembuhkannya.

Dengan demikian doa dan dzikir mengandung unsur kerohanian, keagamaan, dan ketuhanan yang dapat meningkatkan harapan, rasa percaya diri, dan keimanan pada diri seseorang yang sedang sakit. Tentu saja, doa dan dzikir tidak dapat menggantikan terapi medis. Doa dan dzikir dapat menjadi terapi tambahan yang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan. Doa dan dzikir merupakan pendekatan holistic baru di dunia kedokteran modern.

Dalam agama islam terdapat ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Tuhan membuat seseorang sakit dan Dia-lah yang menyembuhkan. Terjemahnya : Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu itu sesuatu yang (dapat) menjadi obat penawar dan rahmat karunia bagi yang beriman dan bagi yang dzalimitu hanya menambah kerugian belaka. (QS. Al-Isra 82). Dan juga sabda nabi SAW yang menyatakan: “Allah tidaklah menurunkan suatu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obat penawarnya”.

Sedangkan konseling psikoreligius adalah pendekatan dalam bidang konseling yang menggabungkan aspek-aspek psikologi dengan dimensi keagamaan atau spiritualitas. Konseling psikoreligius dilakukan untuk mengidentifikasi keluhan atau masalah yang dihadapi individu, baik dari segi psikologis maupun religius.

Setelah keluhan atau masalah tersebut diidentifikasi, konseli akan memahami masalah yang dihadapi dengan sudut pandang agama. Kemudian konselor akan menggabungkan aspek religius dan psikologis dalam memberikan solusi atau saran yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut oleh konseli.

Selain itu konseling psikoreligius dapat membantu konseli untuk memperbaiki perilaku dan kebiasaan yang tidak sehat atau tidak tepat, serta mendorong konseli untuk melakukan perubahan baru yang lebih baik dalam hidupnya. Hal ini dapat membantu konseli untuk merasa lebih baik secara fisik dan psikis, serta meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan.

Dengan demikian, konseling psikoreligius dapat membantu konseli untuk memahami masalah yang dihadapinya dengan sudut pandang agama dan menemukan solusi yang sesuai dengan ajaran agama, sehingga konseli dapat merasa lebih tenang dan terbuka dalam menghadapi masalah yang dihadapinya.

Penting untuk diingat bahwa pendekatan konseling psikoreligius atau terapi psikoreligius harus sesuai dengan keyakinan dan nilai-nilai individu yang sedang dalam proses konseling atau terapi. Pendekatan ini harus dijalankan dengan sensitivitas terhadap kebutuhan spiritual dan emosional mereka.

Soffy Balgies
Penulis adalah Dosen UIN Sunan Ampel, praktisi NLP, Islamic Hipnoterapi, Point of You, trainer SEFT, CTC Terapi, Statement Analysis dan Emotional Intelligence.

Sumber :

Nelson, James M.,  dan Peter C. Hill. Psychology, Religion, and Spirituality. Springer Science & Business Media. 2009.

Asiyah, Siti Nur., Balgies, Soffy. PENINGKATAN KAPASITAS PENGURUS BADAN KONTAK MAJLIS TAKLIM JAWA TIMUR DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN NARKOBA MELALUI KONSELING PSIKORELIGIUS. Laporan Penelitian LPPM UIN Sunan AMpel Surabaya 2023.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *